ada celetukan salah seorang pedagang eceran sewaktu saya berkunjung untuk melalukan prospek konsultasi. Saya pernah bertanya sama pemiliknya. Begini bunyipercakapannya :
saya : Bu, omzetnya berapa rupiah perhari?
pemilik : yaa..masih kecil mas, cuma 2,5 juta/hari.
saya : wah itu mah besar bu, kalau dilihat dari luas toko dan lokasi toko ibu.
pemilik : hehehe...masak sih mas??padahal kami hanya kecil begini lho?
saya: bener bu...trus kalau harga jual ibu gmn?murah nggak di banding toko lain???
pemilik : wah kalau masalah harga mah kita nggak tau mas...karena nggak ada toko di sekitar sini..lagian harga kitakhan tegrnatung pembelinya...
saya : maksudnya?
Pemilik : iya..kalau pembelinya orang kampung sini (atau kami kenal) hargnya sih standar-standar aja...tapi kalau ada pembeli yang tidak di kenal (seperti orang jauh, kesannnya), harganya bisa kita mark-up . Misalnya harga rokok LA kita jual 10.500. kalau orang luar(baru) yaa....bisa 11.000 atau 11.500..hehehehe
Kejadian begini seringkali ditemukan pada toko-toko eceran. merka ambil keuntungan dalam kesempatan yang ada. atau bahasa kerennya" ambil untung seenaknya, mentang-menatng orang lagi butuh". ini lah yang menyebabkan brand image negatif terhadap toko-toko eceran, kelontongan. artinya konsumen jadi berpikir dua kalai kalau mau beli lewat toko eceran (tradisional) dibanding swalayan....karena takutnya mereka akan kena tipu habis-habisan....pengamalan ini ..bukankah sering kita dapati???atau bakan kita pernah jadi korban???atau malah menjadi pelakunya????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar